Menurut KBBI perpustakaan adalah koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan. Sedangkan perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku dimana sebagian besar dalam bentuk format digital atau yang bisa diakses dengan komputer.
Teknologi digital telah merambah pesat ke seluruh lini dan sendi kehidupan masyarakat. Di Indonesia sendiri teknologi digital sudah dipakai dalam dunia pendidikan. Kehadiran perpustakaan digital memudahkan akses materi belajar bagi para pelajar Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, bahwa jumlah pengguna internet dan media sosial di Indonesia mencapai angka 132,7 juta orang.
Literasi digital menjadi hal yang penting untuk dipahami dan dimiliki oleh setiap orang. Dalam kehidupan anak muda sekarang ini perlu membekali diri dengan literasi yang baik dalam penggunaannya terhadap media digital. Kondisi literasi Indonesia 2023 baru mencapai 62%, padahal di Korea sudah mencapai 97%, sedangkan rata – rata negara ASEAN sudah masuk dalam persentase 70%. Hal itu menunjukkan tingkat literasi digital masyarakat masih rendah.
Alasan pentingnya keterampilan literasi digital adalah meningkatnya penggunaan teknologi dalam pendidikan. Penggunaan teknologi sebagai alat pembelajaran telah berkembang selama 15 tahun terakhir. Banyak anak muda yang hidup di-era digital saat ini menganggap membaca buku hanya membuang-buang waktu dan cenderung membosankan. Sehingga para siswi berpikir lebih baik melakukan sesuatu selain membaca buku. Apalagi, kebutuhan gadget yang sudah sangat digandrungi oleh masyarakat saat ini. Buku adalah literasi ke-sekian yang dijadikan opsi terakhir untuk membaca atau mencari informasi.
Perpustakaan digital merupakan perpustakaan yang meyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk elektronik dan didistribusikan melalui jaringan komputer. Perpustakaan SMA TBS Keramat Kudus yang merupakan peninggalan SMA Keramat sangat sudah lama tidak terpakai. Ruangan yang dulunya penuh debu dan kotor kini diubah menjadi perpustakaan berbasis digital. Meskipun belum mendekati kata sempurna, perpustakaan ini difasilitasi dan ditunjang dengan sebaik-baiknya agar siswi semangat membaca dan belajar apapun.
Meskipun menggunakan arsitektur komputer, banyak buku yang masih ditata di rak perpustakaan, sehingga membantu siswa merasa terdukung dalam menggali materi lebih dalam dan menyelesaikan tugas melalui dua media. Tidak hanya itu para siswi juga mudah untuk menuangkan ide kreatifnya di media komputer, seperti membuat cerpen dan artikel singkat, hal itu dibuktikan ketika siswi SMA TBS Keramat memenangkan lomba cerpen yang diselenggarakan oleh redaksi Ath Thullab dan kompetisi karya tulis ilmiah dari Suara Nahdliyyin. Antusias para murid dan santri Ma’had Tasywiqith Tholibat sangat excited bila pengumuman lomba sudah didengungkan. Karena selain untuk mengasah diri, hal ini juga dijadikan sebagai hiburan tersendiri dipondok.
Untuk sementara, perpustakaan berbasis digital di SMA TBS Keramat Kudus memiliki 17 komputer dan dilengkapi dengan akses internet 24 jam. Adapun e-book yang sering digunakan siswa masih bersifat online. Selain mengerjakan tugas sekolah dan perlombaan, perpustakaan menjadi tempat terfavorit bagi siswi untuk berkunjung dan juga mendiskusikan tugas organisasi seperti OSIS. Kemudahan dalam mengakses internet dikomputer menjadikan mereka mandiri untuk membuat pamphlet atau flyer untuk acara sekolah.
Banyak siswi SMA TBS Keramat yang mengatakan bahwa perpustakaan berbasis digital sangat membantu mereka dalam menyelesaikan tugas sekolah, mencari beberapa bimbingan pelajaran di YouTube, dan bahkan mencari referensi di google. Namun ada juga batasan bagi mereka dalam menggunakannya sebagai seorang santri seperti larangan untuk login instagram.Hal ini bisa menyebabkan Mu’asyaroh dengan lawan jenis yang dilarang di kode etik Ma’had.
Salah seorang siswi penggila sastra bernama Raina Malfa berpendapat bahwa dengan adanya fasilitas yang disediakan sekolah membuat para siswi mempunyai ruang untuk menuangkan ide kreatifnya. Penggemar Tere Liye ini juga merasa senang dan betah di perpustakaan yang meningkatkan literasi mereka karena meskipun berada didalam pesantren, namun wawasan mereka mendunia. Sehingga tidak ada istilah santri kudet atau tertinggal informasi dari luar.
Bapak Miftachul Rohmat S.Pd selaku staff perpustakaan mengatakan, perpustakaan ini memang dipersiapkan sebagai perpustakaan digital, karena perpustakaan digital saat ini sudah pasti berdampak pada para siswi. Dengan cara ini, kami para guru mencoba menyeimbangkannya dengan memiliki dua media di perpustakaan berupa komputer dan buku. Namun karena biaya pembuatan E-library membutuhkan biaya yang tinggi dan bandwith yang tinggi maka untuk kedepannya akan dikai lebih dalam lagi.
Berdasarkan uraian mengenai perpustakaan berbasis digital di SMA TBS disimpulkan bahwa kita bisa meningkatkan minat dan bakat siswi tidak hanya melalui buku saja tapi bisa juga lewat pembelajaran online. Karena pada era saat ini kita harus bisa memanfaatkan teknologi yang sudah semakin canggih, cepat dan tepat guna. (Im-Na)