KUDUS, www.yayasantbskudus.com – Kunjungan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Kota Bontang, Kalimantan Timur, ke MTs Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, membahas secara detail tentang krisis adab siswa yang dihadapi para guru. Salim, Kepala Madrasah MTs NU TBS, menjelaskan bahwa untuk mengatisipasi krisis tersebut, madrasah memakai metode Dzikir, Pikir dan Trampil. Dalam penjelasannya, Salim, mengungkapkan jika masalah moral siswa bukan sekadar masalah vertikal. Melainkan horizontal antara guru dan guru harus saling menghormati dan memenuhi kebutuhan spiritualitas jiwanya.
“Siswa harus secara disiplin membaca doa memulai belajar setiap hari saat hendak memulai pembelajaran. Begitu juga gurunya, kebutuhan spiritualitas guru juga harus dipenuhi. Karenanya, pada setiap Rabu Pon, atau weton Madrasah TBS, semua tingkatan di bawah naungan Yayasan TBS diimbau untuk melaksanakan istigosah di tingkatannya masing-masing,” jelas Salim.
Kunci dari pemenuhan spiritualitas ini sebagai pendorong pembentukan adab di lingkungan madrasah. Dorongan moralitas di lingkungan madrasah harus dijaga dengan berbagai mitigasi, seperti terjaganya ilmu qur’ani dan salafiyah.
Dalam pemaparan materinya, Salim, menekankan jika mindset guru terhadap siswa harus diubah. Guru harus mengkaji, keperluan dan kebutuhan siswanya masing-masing dengan menganalisis karakter siswa di tiap kelas. Hal tersebut menjadi kunci terjaganya social interest di lingkungan madrasah, sehingga diharapkan dapat mencegah krisis moral di madrasah. [mail/mh]