Prof. Dr. KH. Chatibul Umam
KUDUS – Menapaki usianya yang hampir mencapai 100 tahun, tentu sudah banyak lulusan (alumni) madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus yang berkiprah di berbagai bidang atau profesi.
Salah satunya adalah Prof. Dr. KH. Chatibul Umam, guru besar Bahasa dan Sastra Arab di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan pernah pula menjabat sebagai Rektor di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta.
Di kalangan akademisi, khususnya IAIN Syarif Hidayatullah dan PTIQ Jakarta, nama Mustasyar PBNU ini tentu bukan nama yang asing. Tetapi jika menyebut Prof. Dr. KH. Chatibul Umam dalam kiprahnya di media massa, kiranya banyak belum yang mengetahuinya.
Musthafa Helmy, dalam ‘’Peran Media Santri: Kiprah KH A Wahab Hasbullah’’ (2019) menyebutkan, bahwa, putra dari pasangan KH. Rif’an dan Nyai Hj. Ruqoyyah asal Kelurahan Langgar Dalem, Kecamatan Kota, Kudus ini ternyata seorang jurnalis yang cukup dikenal.
Prof. Dr. KH. Chatibul Umam yang lulus dari madrasah TBS Kudus pada 1953 dan kemudian studi di Sekolah Guru Hakim Agama (SGHA) di Yogyakarta, ini menjadi wartawan Nahdlatul Ulama (NU) pada awal 1970-an atas ajakan Prof. KH. Saifuddin Zuhri dengan bergabung di harian Duta Masyarakat.
Pada 1963, saat Mahbub Djunaedi memimpin Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Chatibul Umam diangkat menjadi wakil sekretaris jendral (wakil Sekjen). Dan ketika Mahbub Djunaedi memimpin Duta Masyarakat, Chatibul Umam yang mendapatkan beasiswa studi di Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Jakarta, diangkat sebagai sekretarisnya.
Di dunia penulisan, Prof. KH. Chatibul Umam tidak hanya pernah bergabung di Duta Masyarakat. Ia tercatat pernah bergabung di Majalah Risalah Islamiyyah yang diterbitkan sebuah lembaga yang dipimpin KH. Dr. Idham Chalid. Dan di kampus, ia mendirikan dan memimpin Studi Islamika dan Ihya Ulumiddin (PTIQ Jakarta).
Pada 1999, saat dilakukan pendataan karyanya sebagai syarat memperoleh gelar guru besar, tercatat sebanyak 218 judul buku, baik karya asli maupun karya terjemahan kitab-kitab yang telah dihasilkannya, yang kebanyakan mengulas persoalan tata bahasa dan sastra Arab. Itu belum terhitung makalah dan artikel ilmiah yang ditulisnya untuk berbagai jurnal dan seminar-seminar.
Ada cerita menarik beberapa tahun setelah beberapa tahun penganugerahan guru besar, Prof. KH. Chatibul Umam menyusun disertasi untuk diajukan ke senat, sebagai syarat memeroleh gelar Doktor.
Namun dengan nada canda Rektor berkata, “Walah, Anda ini khan sudah profesor senior yang biasa membimbing dan menguji para doktor. Kalau Anda bikin disertasi, yang membimbing dan menguji siapa?”
Pada akhirnya, senat IAIN Syarif Hidayatullah yang mayoritas adalah mantan mahasiswanya, memutuskan menganugerahkan gelar Doktor dalam bidang bahasa Arab kepada Prof. KH. Chatibul Umam. (admin 1)